Dalam wawancara eksklusif dengan jurnalis "Canadian Broadcasting Corporation" (CBC) Wakil Menteri Luar Negeri, Lee Chun, menyampaikan bahwa Tiongkok sudah bertahun-tahun melancarkan ancaman terhadap Taiwan, menciptakan ketakutan untuk merusak semangat masyarakat, dan menurunkan keinginan negara-negara lain untuk meningkatkan hubungan dengan Taiwan.
Tiongkok melancarkan strategi zona abu-abu terhadap Taiwan dengan mengirimkan pesawat dan kapal militer secara terus-menerus untuk mengganggu Taiwan, serta melakukan latihan militer. Tiongkok juga melakukan serangan siber dan disinformasi yang bertujuan untuk melemahkan tekad perlawanan Taiwan. Taiwan dan Kanada adalah target penting dari upaya infiltrasi Tiongkok, Lee Chun menyeru kedua negara untuk bekerja sama dalam menghadapinya.
Wawancara ini telah dipublikasikan pada tanggal 21 September melalui website CBS News dengan judul "Taiwan Akan Melawan Invasi Tiongkok, Kelompok Pertahanan Sipil Siap Siaga".
Lee Chun juga menjelaskan bahwa Tiongkok sering menggunakan tekanan ekonomi untuk mengancam negara-negara lain. Jepang, Korea Selatan, Filipina, dan Lituania pernah mengalami koersi ekonomi Tiongkok. Baru-baru ini, Tiongkok melarang impor produk pertanian dari Taiwan dengan tujuan untuk mencampuri pemilihan umum di Taiwan. Namun, produk pertanian hanya menduduki 1% dari ekspor Taiwan ke Tiongkok, sehingga dampak terhadap perekonomian Taiwan relatif terbatas. Tiongkok sangat bergantung pada produk semikonduktor Taiwan, sehingga tidak terlalu mungkin menggunakan chip sebagai senjata, karena hal tersebut akan berdampak besar pada perekonomian Tiongkok.
Lee Chun mengucapkan terima kasih atas langkah Kanada yang baru-baru ini mengutus kapal militer untuk melintasi Selat Taiwan guna menunjukkan kepedulian terhadap keamanan Taiwan dan kesejahteraan serta kebebasan di kawasan Indo-Pasifik.
Beijing membuat klaim palsu bahwa Selat Taiwan sebagai perairan dalam negeri Tiongkok. Ketika kapal militer Kanada melintasi Selat Taiwan, kapal militer Tiongkok mengikuti sambil melancarkan provokasi. Perilaku tersebut telah mengancam perdamaian di Selat Taiwan dan stabilitas keamanan di kawasan Indo-Pasifik dengan sangat serius.
Negara-negara G7 menentang niat Tiongkok untuk mengubah status quo Selat Taiwan dengan kekerasan dan tekanan secara sepihak, dan berharap masalah Selat Taiwan dapat diselesaikan melalui dialog secara damai. Taiwan menyambut baik pernyataan tersebut, dan akan terus berupaya untuk menghimpun dukungan dari komunitas internasional untuk menyatakan keprihatinan terhadap situasi di Selat Taiwan.
Perang Rusia-Ukraina menunjukkan bahwa ukuran kekuatan militer dan ekonomi bukanlah fokus utama. Tekad kuat rakyat Ukraina dalam melakukan pertahanan diri, kerja sama keamanan dengan berbagai negara, dan upaya pencegahan yang dilakukan secara multilateral adalah kunci kemenangan di medan perang.
Masyarakat Taiwan sangat terinspirasi dengan hal tersebut, sehingga kesadaran untuk melindungi kedaulatan negara dan melakukan pertahanan semakin meningkat dari hari ke hari. Taiwan telah mendirikan "Kantor Mobilisasi Pertahanan Rakyat" dengan tujuan untuk melakukan persiapan baik secara fisik maupun psikologis. Kesiagaan untuk menghadapi agresi adalah cara terbaik untuk menekan, dan negara-negara demokratis seperti Kanada diharapkan dapat terus memantau situasi di Selat Taiwan dan bersatu untuk menghentikan ekspansi Tiongkok.