Menteri Luar Negeri Lin Chia-lung memberikan wawancara eksklusif kepada wartawan dari "Nikkei News" dan "Nikkei Asia", Jumat, 3 Januari 2025. Isi wawancara tersebut telah diterbitkan pada tanggal 7 Januari dalam laporan berbahasa Inggris dan Jepang dengan judul "Menteri Luar Negeri Taiwan Bertekad Membentuk Rantai Pasokan Demokrasi dengan Pemerintahan Trump" dan "Menteri Luar Negeri Taiwan: Pertimbangan Situasi Darurat, 'Memperdalam Kerja Sama dengan Jepang dalam Penanganan Bencana'".
Dalam wawancara tersebut, Menlu Lin Chia-lung menegaskan bahwa dominasi Tiongkok telah menantang tatanan internasional berbasis aturan, dan Taiwan menjadi titik perubahan (tipping point) dalam keseimbangan kekuatan global, bukan sekadar pion, tetapi pemain penting dalam permainan strategi ini. Menlu Lin juga menyoroti bahwa anggaran pertahanan Taiwan telah ditingkatkan menjadi 2,5% dari PDB, melampaui Jepang dan sebagian besar negara anggota NATO.
Taiwan juga siap menjawab seruan Presiden AS terpilih, Donald Trump, untuk memperkuat tekad pertahanan diri, meningkatkan anggaran pertahanan lebih lanjut, serta memperdalam kerja sama keamanan Taiwan-AS.
Menlu Lin Chia-lung menyatakan harapannya untuk berdiskusi dengan AS terkait solusi atas masalah penundaan pengiriman penjualan senjata, termasuk kemungkinan mempercepat produksi melalui model "friend-shoring" dengan memanfaatkan kapasitas manufaktur canggih Taiwan. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama Taiwan-AS dalam pengembangan drone, karena drone adalah inti dari kekuatan asimetris yang mampu mencegah kekuatan militer Tiongkok.
Di bidang ekonomi, Menlu Lin Chia-lung menyatakan bahwa industri semikonduktor Taiwan adalah inti dari rantai pasokan global dan telah menjadi fokus investasi dunia. Hal ini semakin memperkuat posisi Taiwan dalam kerja sama ekonomi internasional. Ia mendesak pemerintah Jepang untuk mempercepat negosiasi "Perjanjian Kemitraan Ekonomi" (EPA) dengan Taiwan, yang diyakini akan mempererat hubungan ekonomi Taiwan-Jepang dan mendukung Taiwan bergabung dengan "Kemitraan Trans-Pasifik yang Komprehensif dan Progresif" (CPTPP).
Taiwan dan Jepang telah menandatangani sekitar 90 dokumen kerja sama terkait, yang layak ditingkatkan menuju perjanjian ekonomi yang lebih substantif.
Menlu Lin Chia-lung juga menjelaskan bahwa strategi "diplomasi komprehensif" Taiwan didasarkan pada tiga pilar utama: diplomasi berbasis nilai, diplomasi aliansi, dan diplomasi ekonomi. Ia mengajukan konsep "rantai pasokan demokrasi" atau "rantai pasokan non-merah" sebagai strategi kunci untuk menghadapi rantai pasokan merah Tiongkok.
Tiongkok berusaha mempengaruhi ekonomi dan keamanan informasi negara lain melalui prakarsa "Belt and Road" dan "Digital Silk Road". Untuk melawan ekspansionisme Tiongkok, Taiwan berkomitmen membangun rantai pasokan demokrasi yang lebih tangguh dan tidak bergantung pada pemasok Tiongkok, bekerja sama dengan negara-negara yang memiliki visi serupa di bidang semikonduktor, kecerdasan buatan, dan teknologi lainnya.
Taiwan bukan hanya merupakan kekuatan penting bagi perdamaian kawasan dan kemakmuran global, tetapi juga mitra terpercaya dalam menjaga keamanan ekonomi dunia. Taiwan akan terus memperdalam kerja sama dengan negara-negara sehaluan untuk bersama-sama melawan ekspansi dan otoritarianisme Tiongkok.
"Nikkei News" adalah salah satu dari lima surat kabar nasional utama di Jepang. Setelah mengakuisisi "Financial Times" pada tahun 2015, grup ini menjadi salah satu grup media terbesar di dunia. "Nikkei Asia" adalah publikasi berbahasa Inggris dari grup tersebut yang berfokus pada isu-isu Asia dan menyajikan perspektif Asia terhadap urusan internasional.