Zhang Meijun, perempuan asal Indonesia yang menikah dan menetap di Hualien selama 25 tahun, fasih menguasai bahasa Mandarin dan aktif sebagai penyiar radio, ia juga mendirikan Kelompok Belajar Indonesia untuk membantu anak-anak keturunan penduduk baru memahami serta mencintai budaya tanah kelahiran orang tua mereka.
“Merantau jauh dari tanah air ke tempat yang asing adalah sebuah takdir sekaligus perjalanan penuh keberanian,” ungkap Zhang. Ia mengenal suaminya di Indonesia dan menikah sebelum genap berusia 20 tahun. Kini, sang suami bekerja di bidang produksi dan perawatan mesin batu di Hualien. Dari pernikahan mereka lahir tiga anak; putra sulung sudah lulus kuliah dan mengikuti jejak ayahnya di industri mesin batu, sementara dua anak kembar mereka sedang menempuh pendidikan tinggi.
Melihat banyak keluarga sesama warga Indonesia menghadapi kesulitan akibat perbedaan budaya yang memengaruhi anak-anak dalam beradaptasi di sekolah, Zhang Meijun tergerak untuk membantu. Ia memulai dengan menjadi “ibu pendongeng” di sekolah dasar, mendampingi anak-anak setelah jam pelajaran, dan mengajak rekan-rekan dari Indonesia yang bisa menari tarian tradisional Indonesia untuk mengajar anak-anak menari.
Sekitar enam hingga tujuh tahun lalu, Zhang Meijun mendirikan Kelompok Belajar Indonesia di lantai atas rumahnya. Ruangan itu ia tata dengan lantai kayu dan kaca besar, sehingga menjadi tempat anak-anak keluarga penduduk baru belajar menari dan mengenal budaya Indonesia. Program ini tidak hanya mempererat hubungan anak-anak dengan budaya asal orang tua mereka, tetapi juga membuka ruang bagi masyarakat Hualien untuk memahami keragaman budaya Indonesia.
Untuk mendukung kegiatan menari, Zhang sering membawa pulang pakaian tradisional Indonesia dari kampung halamannya atau meminta kerabat mengirimkan kain khas, seperti batik atau busana tradisional Jawa. Ia menjahit sendiri kostum-kostum tersebut agar anak-anak bisa tampil lebih percaya diri. Seiring waktu, kelompok tari ini mulai tampil di berbagai acara publik dan kerap mendapat undangan pentas, membuat anak-anak semakin bersemangat sekaligus membangun rasa percaya diri mereka.
Meski telah lama tinggal di Taiwan, Zhang Meijun tak jarang merindukan kampung halamannya, terutama kuliner khas Surabaya. Meski pisang Hualien terkenal enak, ia tetap menanam pohon pisang Surabaya di pekarangan rumah karena aroma dan rasanya yang berbeda. Saat memasak makanan khas Indonesia, ia akan mengundang teman-temannya untuk berbagi hidangan, menjadikannya cara melepas rindu pada tanah air.