Tanggal 25 April kemarin merupakan peringatan Hari Malaria Sedunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menghimbau komunitas internasional untuk bersama-sama menanggulangi penyakit malaria. Taiwan sudah sejak tahun 1965 menerima status resmi dari WHO sebagai negara yang sukses menanggulangi penyakit malaria. Obat anti malaria, pengalaman pencegahan dan metode penanggulangan penyakit dari Taiwan tentunya dapat menjadi sebuah kontribusi berharga bagi komunitas internasional.
Tema dari Peringatan Hari Malaria Sedunia dari WHO tahun ini adalah “Bersiap Menanggulangi Malaria” (ready to beat malaria). Sejak tahun 2016 lalu ada 210 juta kasus penyakit yang menjangkiti 91 negara di seluruh dunia, meningkat sebanyak 5 juta kasus jika dibandingkan dengan hasil laporan tahun 2015. Di tahun 2016 sebanyak 445.000 orang meninggal karena malaria di seluruh dunia.
Pihak WHO sendiri menekankan, bahwa seluruh masyarakat dunia harus bahu membahu dan bekerja sama untuk menciptakan dunia yang bebas malaria, komunitas internasional diharapkan dapat memperluas investasi mereka di bidang pengendalian penyakit malaria.
Malaria adalah penyakit yang ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk malaria. Penderita malaria akan mengalami beberapa gejala, antara lain meriang, demam, dan berkeringat dingin. Selain itu, ia juga akan merasa panas dan dingin secara bersamaan sehingga menyebabkan dirinya gemetar hebat atau menggigil. Di era pendudukan Jepang, setiap tahun malaria selalu memakan korban jiwa.
Sebelumnya, Taiwan telah mempraktekkan metode penyemprotan obat kimia, di mana nyamuk sebagai media penyebar penyakit akan mati ketika terbang ke arah dinding yang telah disemprot obat. Strategi ini berhasil hingga WHO pun memberikan pengakuan di tahun 1965, bahwa Taiwan telah bebas dari penyakit malaria. Hal ini merupakan penghargaan yang luar biasa dalam sejarah masyarakat Taiwan, khususnya di bidang kesehatan.
Taiwan telah sukses beralih dari penanggulangan dengan metode penyemprotan obat kimia menjadi penanggulangan dengan pendekatan ekologi. Taiwan juga telah berhasil membantu penanggulangan penyakit di negara-negara lain, salah satu di antaranya adalah membantu penanggulangan penyakit malaria di Sao Tome Principe.
Forum Majelis Kesehatan Dunia (WHA) di tahun ini akan terselenggara di tanggal 21 Mei 2018 mendatang, namun sayangnya hingga hari ini surat undangan masih belum diterima oleh pihak Taiwan. Para negara sahabat percaya bahwa WHO tidak seharusnya mengesampingkan Taiwan dalam partisipasi komunitas internasional karena adanya tekanan salah satu pihak saja. Negara-negara sahabat ini juga mengirimkan surat bagi WHO agar Taiwan dapat diundang dan berpartisipasi sebagai pengamat di forum WHA.
Selain forum WHA, di bulan Juni mendatang WHO juga akan menyelenggarakan forum pengentasan malaria sedunia (Global forum of malaria-eliminating countries). Dalam kegiatan tersebut sekitar 10 negara yang telah memiliki pengalaman menangani malaria. Taiwan memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam hal ini, karenanya WHO seharusnya dapat mengundang Taiwan untuk aktif berpartisipasi demi peningkatan kualitas penanggulangan malaria bagi komunitas internasional.