Selama tahun 2018, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Taiwan menyentuh angka 11,06 juta orang, dan menjadi angka tertinggi dalam sejarah. Selama 4 tahun berturut-turut, wisatawan asing yang berkunjung ke Taiwan telah berhasil melampui angka 10 juta orang per tahun.
Sebelum bulan Maret 2009, angka kunjungan wisatawan didominasi oleh wisatawan Jepang, dan selama periode bulan April-Oktober 2009 wisatawan dari Tiongkok, Hong Kong, Macau dan Jepang mulai saling menyusul. Selanjutnya selama 108 bulan, angka kunjungan wisatawan didominasi oleh wisatawan Tiongkok, kecuali pada bulan September 2011 dan Maret 2018, di mana jumlah wisatawan Jepang yang mendominasi.
Sejak tahun 2001, jumlah kunjungan wisatawan terus menunjukkan pertumbuhan yang stabil, kecuali pada tahun 2003 ketika wabah SARS melanda. Pada tahun tersebut, WHO memasukkan Taiwan ke dalam daftar "travel warning". Di samping itu, pemerintah juga memberlakukan pembatasan kunjungan wisatawan dari Hong Kong dan Macau untuk menanggulangi penyebaran wabah. Situasi tersebut sempat memberi dampak cukup besar bagi sektor pariwisata Taiwan.
Pada periode tahun 2001-2009, Jepang adalah negara sumber wisatawan terbesar bagi Taiwan. Tahun 2001, jumlah wisatawan Jepang mencapai 977 ribu orang, diikuti wisatawan asal Hong Kong, Amerika dan Tiongkok. Selama beberapa tahun terakhir ini, kunjungan wisatawan Jepang masih terus menunjukkan peningkatan.
Agustus 2013, sebuah acara tamasya dari stasiun televisi Korea Selatan berjudul "Grandpas Over Flowers" melakukan pengambilan gambar di Taiwan. Acara tersebut ternyata turut menjadi faktor pendorong melonjaknya jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan. Pada tahun tersebut, jumlah kunjungan wisatawan Korea Selatan mencapai angka 350 ribu orang, atau naik 35% dibandingkan tahun sebelumnya, dan naik hingga 50% pada tahun 2014.
Sebelum tahun 2008, angka kunjungan wisatawan Tiongkok per tahun hanya mencapai 200-300 ribu orang, lalu naik menjadi 970 ribu orang pada tahun 2009. Puncak kunjungan wisatawan Tiongkok terjadi pada tahun 2015, dengan angka kunjungan mencapai 4,18 juta wisatawan. Mulai tahun 2016, jumlah wisatawan Tiongkok mulai menunjukkan penurunan, namun masih menduduki posisi pertama.
Pada tahun 2016 Presiden Tsai Ing-wen mulai mendorong Kebijakan Baru Arah Selatan (New Southbound Policy, NSP), dan tahun 2018 jumlah kunjungan wisatawan dari 18 negara Asia Tenggara mencapai 2,59 juta orang, atau naik 45% dibanding tahun 2016. Angka tersebut menduduki seperempat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara secara keseluruhan, dan hanya berselisih 100 ribu orang dengan jumlah wisatawan asal Tiongkok. Negara Asia Tenggara sumber wisatawan terbesar adalah Malaysia, Indonesia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Pertumbuhan terbesar ada terjadi pada kunjungan wisatawan Vietnam sebesar 28%, dan wisatawan Filipina sebesar 44%.
Jika dilihat dari tingkat konsumsi harian per wisatawan (termasuk pengeluaran untuk penginapan, makan, transportasi, hiburan, berbelanja, dan lain-lain), sejak tahun 2008-2017 wisatawan Jepang terus menduduki urutan pertama.
Tingkat konsumsi wisatawan Jepang mencapai puncak pada tahun 2011, lalu mulai menunjukkan penurunan disebabkan oleh penyusutan nilai mata uang Yen, kelesuan pertumbuhan ekonomi, dan kenaikan pajak konsumsi. Tahun 2013, Tiongkok mengeluarkan undang-undang dan larangan pembelian barang mewah, yang berdampak pada turunnya tingkat konsumsi wisatawan Tiongkok.
Jika dilihat secara lebih terperinci, sebagian besar belanja wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Taiwan terdapat pada kategori "penginapan" dan "belanja". Pengeluaran pada kedua kategori tersebut menduduki 60-70% total konsumsi wisatawan. Pengeluaran untuk kategori "penginapan" terbesar didominasi oleh wisatawan Jepang, dengan rata-rata pengeluaran harian per orang mencapai US $102. Sedangkan pengeluaran untuk kategori "belanja" didominasi oleh wisatawan asal Tiongkok, yang telah menempati urutan pertama selama hampir 10 tahun berturut-turut.