Pada tanggal 30 Juli 2020, Mantan Presiden Lee Teng-hui menghembuskan napas terakhir di usia 97 tahun, karena syok septik dan kegagalan beberapa fungsi organ. Sebelum meninggal, Lee Teng-hui telah menjalani perawatan selama 5 bulan di Taipei Veterans General Hospital.
Lee Teng-hui lahir pada tahun 1923, dan merupakan presiden pertama kelahiran asli Taiwan yang dipilih langsung oleh masyarakat. Ia menjabat sebagai Presiden Taiwan mulai tahun 1988 hingga 2000, dan menjadi pelopor peralihan dari pemerintahan darurat militer ke pemerintahan demokrasi yang utuh. Setelah berhenti menjabat sebagai presiden, Lee Teng-hui tetap memiliki peran penting dalam dunia politik, dan dikenal sebagai penggerak utama atas kesadaran identitas dan kebangsaan Taiwan.
Lee Teng-hui terpilih sebagai Wakil Presiden ROC (Taiwan) pada tahun 1984, lalu diangkat menjadi presiden pada bulan Januari 1988, setelah Presiden Chiang ching-kuo meninggal. Ia adalah figur politik yang telah memberikan kontribusi besar di bidang transformasi dan penguatan sistem demokrasi Taiwan.
Selama menjabat, Lee Teng-hui telah melakukan amandemen konstitusi, termasuk penetapan pemilihan presiden secara langsung, dan pemilihan anggota parlemen. Di bawah pemerintahan Lee Teng-hui, Taiwan berhasil menjadi teladan demokrasi di kawasan Asia, sehingga ia dijuluki sebagai “Bapak Demokrasi Taiwan”.
Juru bicara Taipei Veterans General Hospital menjelaskan Lee Teng-hui telah menjalani perawatan sejak tanggal 8 Februari untuk pengobatan pneumonia dan gagal jantung, tetapi karena usia lanjut, berbagai penyakit kronis, dan daya tahan tubuh yang semakin lemah, Lee Teng-hui akhirnya meninggal pada tanggal 30 Juli pukul 19.24 waktu Taipei.
Atas nama pemerintah ROC (Taiwan), Kementerian Luar Negeri (MOFA) mengucapkan terima kasih atas ucapan bela sungkawa yang telah disampaikan oleh komunitas internasional.