Pada tanggal 28 April 2022, Riksdag (Parlemen Swedia) meloloskan resolusi yang mendorong Pemerintah Swedia untuk membuka “House of Sweden” di Taiwan, serta memberikan pengakuan terhadap hasil positif dari hubungan perdagangan dan pertukaran dengan Taiwan. Kementerian Luar Negeri (MOFA) menyambut baik diloloskannya resolusi tersebut, dan berharap Pemerintah Swedia dapat secara positif menanggapi seruan Riksdag.
Pada tanggal 16 Februari 2022 Riksdag menyelenggarakan Debat Kebijakan Diplomatik Tahunan, dan dalam kesempatan tersebut anggota legislatif dari berbagai partai politik di Swedia menyatakan dukungan terhadap Taiwan. Selain itu, pada tanggal 10-14 April 2022, Ketua Asosiasi Parlementer Swedia-Taiwan, Boriana Åberg, anggota Parlemen Eropa berkewarganegaraan Swedia, Charlie Weimers, memimpin delegasi untuk berkunjung ke Taiwan tanpa rasa gentar meskipun menerima ancaman dari pihak Tiongkok. Kedatangan delegasi tersebut bertujuan untuk menyampaikan dukungan terhadap Taiwan, dan tekad saling membantu di antara negara demokrasi.
Setelah delegasi tersebut kembali ke Swedia, pada tanggal 19 April Menteri Luar Negeri Swedia, Ann Linde, kembali menegaskan Pemerintah Swedia merasa sangat prihatin dengan situasi di Selat Taiwan, mendukung penyelesaian konflik secara damai, mendukung partisipasi Taiwan dalam WHO, dan akan terus mempererat hubungan dengan Taiwan.
Resolusi pembukaan House of Sweden di Taiwan diprakarsai oleh beberapa anggota Riksdag, di antaranya adalah Wakil Ketua Riksdag, Kerstin Lundgren; anggota Riksdah, Markus Wiechel; Wakil Ketua Komisi Luar Negeri Riksdag, Hans Wallmark.
Dalam Debat Kebijakan Diplomatik Tahunan, Hans Wallmark menyebut Taiwan sebagai mercusuar demokrasi Asia. Peningkatan hubungan dengan Taiwan tidak hanya menguntungkan bagi Swedia, tetapi juga merupakan upaya untuk melindungi nilai kebebasan dan demokrasi, dan cara terbaik untuk mempererat hubungan dengan Taiwan adalah dengan membuka House of Sweden.
Sementara itu, Kerstin Lundgren mengemukakan bahwa hubungan Swedia dan Taiwan tidak seharusnya hanya sebatas hubungan baik di bidang perdagangan bilateral, tetapi juga di bidang hubungan politik.
Taiwan dan Swedia sama-sama menjunjung nilai-nilai kebebasan, demokrasi, aturan hukum, dan hak asasi manusia. Selain itu, Swedia juga menghadapi penyusupan dari pengaruh negara otoritarianisme, ancaman militer, disinformasi, dan perang kognitif. Di saat negara otoritarianisme sedang melakukan ekspansi dan menantang tatanan demokrasi internasional, Taiwan dan Swedia semakin perlu untuk bekerja sama melindungi demokrasi dan kebebasan.