Menlu Joseph Wu menegaskan Taiwan sedang meningkatkan kemampuan pertahanan sebagai persiapan untuk menghadapi kemungkinan invasi dan bekerja sama dengan mitra-mitra sehaluan untuk menangkal agresi otoritarianisme Beijing.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menlu Joseph Wu dalam wawancara eksklusif bersama jurnalis The Washington Post untuk artikel berjudul “Taiwan is Sounding an Alarm about Emperor Xi”, yang telah dipublikasikan pada tanggal 3 November.
Taiwan dengan cermat mengawasi persiapan melakukan invasi yang dilakukan Tiongkok. Pemimpin Tiongkok Xi Jinping telah mencopot beberapa pejabat tinggi yang berpengalaman dalam urusan lintas selat karena tidak percaya dengan para pejabat karier, dan dikhawatirkan ia hanya mendengarkan beberapa suara dari oknum yang ia percaya. Oleh karena itu, apabila Xi Jinping melakukan kesalahan dalam penilaian untuk mengambil keputusan, maka hal tersebut akan semakin memperkeruh dan membahayakan situasi lintas selat.
Tiongkok berkemungkinan akan menyerang ketika Taiwan dan Amerika Serikat sedang melaksanakan pemilihan presiden di tahun 2024, dan ketika Xi Jinping mendekati akhir masa jabatannya di tahun 2027. Menlu Joseph Wu menegaskan, “Kendati demikian, Taiwan hanya mempunyai satu rencana, yaitu mempertahankan diri.”
Taiwan telah meningkatkan dan memodernisasi strategi pertahanan dengan memetik pelajaran dari invasi Rusia terhadap Ukraina. Taiwan juga terus memperkuat kemampuan perang asimetris, membangun sistem komunikasi cadangan, mengumpulkan suplai barang, mengasah kemampuan perang hibrida, dan mereformasi sistem cadangan militer.
Selain itu, persenjataan yang dibeli dari Amerika Serikat juga akan tiba di Taiwan sesuai rencana untuk semakin mengukuhkan kemampuan pertahanan nasional.
Masyarakat Taiwan bertekad untuk melindungi kebebasan, demokrasi, dan kedaulatan. Menlu Joseph Wu mendorong komunitas internasional untuk terus mendukung Taiwan sambil bekerja sama untuk menghentikan ekspansi otoritarianisme Tiongkok di seluruh dunia.