Tanggal 18 Juni 2024 Presiden Lai Ching-te menerima kunjungan delegasi senior dari Atlantic Council, sebuah lembaga think tank yang berbasis di Washington, DC, Amerika Serikat. Dalam pidatonya, Presiden Lai menyampaikan bahwa kunjungan mereka menunjukkan dukungan transatlantik untuk Taiwan.
Presiden Lai menekankan bahwa negara-negara demokrasi harus bekerja sama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas global. Ia beserta jajaran kabinetnya akan secara aktif memperkuat hubungan kemitraan Taiwan dengan negara-negara demokrasi lainnya melalui diplomasi berbasis nilai untuk mendorong demokrasi, perdamaian, dan kemakmuran serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Atlantic Council adalah salah satu lembaga think tank paling berpengaruh di Washington, DC. Rekomendasi kebijakan yang dikeluarkan oleh lembaga tersebut, khususnya mengenai keamanan internasional dan urusan luar negeri, sangat dihargai di AS dan Eropa. Para anggota delegasi yang datang berkunjung kali ini adalah para ahli dalam isu-isu keamanan nasional dan urusan global. Presiden Lai berharap mereka akan terus memberikan saran berharga tentang keamanan dan partisipasi internasional Taiwan.
Taiwan, AS, dan Eropa adalah mitra ekonomi dan perdagangan penting. Taiwan ingin terus mengembangkan dan mendiversifikasi kerja sama dan pertukaran melalui mekanisme-mekanisme, seperti Taiwan-US Economic Prosperity Partnership Dialogue, Taiwan-US Initiative on 21st-Century Trade, dan Taiwan-EU Trade and Investment Dialogue.
Mantan Presiden Latvia, Egils Levits, turut hadir sebagai anggota delegasi dan menyampaikan Taiwan adalah anggota keluarga demokrasi global. Secara metodologis, mengukur kualitas demokrasi adalah hal yang sulit dilakukan. Meskipun demikian, berdasarkan pada indeks yang ada, Taiwan berada di peringkat 10 besar dunia dalam hal kualitas demokrasi.
Taiwan memiliki demokrasi yang kuat dan tangguh, meskipun berada di tengah kondisi yang kompleks. Egils Levits mengatakan para anggota delegasi Atlantik Council sangat bersedia bertukar pandangan dengan Presiden Lai mengenai situasi di Taiwan dan sekitarnya, untuk berbagi pengalaman dan belajar dari Taiwan untuk menjadi tangguh.
Ketua dan CEO Atlantic Council, Frederick Kempe, mengatakan bahwa pada tahun 2024 ini, kita menghadapi ancaman terbesar terhadap sistem global sejak tahun 1930-an, dan semua ini terjadi dilatarbelakangi oleh evolusi konfederasi baru negara-negara autokrasi, seperti Tiongkok, Rusia, Korea Utara, dan Iran yang saat ini bekerja sama semakin erat dalam bidang pertahanan, industri, dan kolaborasi geopolitik. Kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Korea Utara hari ini (19 Juni), adalah pengingat dramatis akan fakta tersebut.
Frederick Kempe mengatakan bahwa hanya ada satu jawaban untuk masalah ini, yaitu melihat masa depan dengan optimis dalam tujuan bersama, melalui pencegahan, ketahanan, kewaspadaan, dan tujuan bersama. Ia kemudian mengutip pidato pelantikan Presiden Lai: “Tindakan militer Tiongkok dan koersi zona abu-abu dianggap sebagai tantangan strategis terbesar bagi perdamaian dan stabilitas global.” Frederick Kempe mengatakan pernyataan tersebut adalah cara yang bijaksana untuk menyikapi situasi ini, karena selama 18 bulan terakhir, kita telah melihat peningkatan intensitas aktivitas zona abu-abu Tiongkok terhadap Taiwan, yang tidak terpisah dari aktivitas militer. Keduanya harus diatasi dan dicegah.