Presiden Lai Ching-te memimpin Rapat Kedua Komisi Ketahanan Pertahanan Masyarakat, di Istana Kepresidenan, Kamis, 26 Desember 2024. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Lai menyatakan bahwa tujuan komisi ini adalah meningkatkan empat pilar ketahanan nasional, yaitu pertahanan, kesejahteraan rakyat, penanggulangan bencana, dan demokrasi.
Hal ini dapat dicapai melalui lima strategi utama, yaitu pelatihan dan pemanfaatan kekuatan masyarakat; pengelolaan dan distribusi logistik strategis; pemeliharaan energi dan infrastruktur penting; kesiapan fasilitas sosial, medis, dan pengungsian; serta keamanan jaringan komunikasi, transportasi, dan keuangan.
Presiden Lai juga menyampaikan bahwa pada pagi hari ini telah dilakukan simulasi lintas sektor pertama di Istana Kepresidenan, yang melibatkan kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pengamat dari kalangan sipil. Simulasi ini menunjukkan semangat kerja sama antara pusat dan daerah dalam meningkatkan ketahanan masyarakat.
Mulai tahun depan, latihan "Wan An" dan "Min An," yang sebelumnya difokuskan pada pertahanan udara dan penyelamatan, akan diperbarui menjadi "Latihan Ketahanan Perkotaan 2025". Latihan ini akan disesuaikan dengan kode latihan internasional, dan diperkuat untuk perlindungan sektor non-militer. Langkah ini bertujuan untuk menguji kemampuan sistem pertahanan sipil dan penanggulangan bencana dalam melindungi warga negara.
Presiden Lai menegaskan bahwa hanya dengan menggabungkan kekuatan pemerintah dan masyarakat, barulah Taiwan dapat memperkuat kemampuan pertahanan secara menyeluruh, menjaga ketahanan demokrasi global, serta mempertahankan perdamaian dan stabilitas kawasan.
Menghadapi ancaman dari bencana alam maupun ambisi ekspansi otoritarianisme, Presiden Lai percaya bahwa jika pemerintah dan seluruh masyarakat siap, maka tantangan dapat diatasi.
Dengan memiliki tekad, kekhawatiran dapat dihilangkan, dan dengan memiliki kepercayaan diri, rakyat akan merasa tenang. Inilah tujuan dari ketahanan pertahanan seluruh masyarakat. Namun, Presiden Lai juga menyampaikan bahwa persiapan ini tidaklah mudah, dan masyarakat Taiwan harus berpacu dengan waktu untuk membangun kemampuan agar dapat menghadapi ancaman bencana besar, sekaligus menekan musuh dari upaya invasi.
Menghadapi ekspansi otoritarianisme yang terus mengancam stabilitas dan tatanan regional, dalam simulasi pertama, skenario “Operasi Zona Abu-Abu Intensitas Tinggi” diasumsikan terjadi. Dalam simulasi kedua, diasumsikan situasi hampir menuju konflik. Dalam kedua skenario ini, melindungi kehidupan sehari-hari masyarakat dan memastikan kelancaran operasi sosial menjadi prioritas utama.
Presiden Lai Ching-te menegaskan kepada komunitas internasional bahwa Taiwan memiliki tekad untuk mempertahankan perdamaian dan stabilitas kawasan, serta akan mempercepat langkah dalam membangun Taiwan yang lebih tangguh.