Presiden Lai Ching-te dalam sebuah wawancara eksklusif dengan jurnalis surat kabar Jepang Nikkei (Nihon Keizai Shimbun), membahas berbagai isu strategis mulai dari hubungan Taiwan-Jepang, dan Taiwan-AS, situasi lintas selat, industri semikonduktor, serta perdagangan dan perekonomian global. Hasil wawancara telah diterbitkan pada hari Selasa, 13 Mei 2025.
Taiwan dan Jepang merupakan model teladan, berbeda dengan beberapa negara lain yang justru menjadi ancaman besar dalam sistem perdagangan bebas global. Ia secara khusus menyebut Tiongkok sebagai ancaman terbesar saat ini. Tiongkok memanfaatkan pasar bebas untuk melakukan penjiplakan, pemalsuan, pelanggaran hak kekayaan intelektual, serta memberikan subsidi besar-besaran untuk memproduksi barang murah yang membanjiri pasar dunia, termasuk Jepang dan Taiwan.
Jika praktik perdagangan tidak adil ini tidak ditangani, stabilitas sosial dan kemakmuran ekonomi yang telah dibangun selama beberapa dekade bisa runtuh, bahkan nilai-nilai yang kita perjuangkan bersama dapat terganggu. Presiden Lai menilai langkah Amerika Serikat dalam menghadapi perdagangan tidak adil layak diamati dan, jika perlu, juga perlu didukung oleh negara-negara lain.
Presiden Lai mendorong Jepang agar mendukung partisipasi Taiwan dalam CPTPP, dan menekankan bahwa kerja sama Taiwan-Jepang akan membawa manfaat bersama.
Presiden Lai mendorong Jepang agar mendukung partisipasi Taiwan dalam CPTPP, dan menekankan bahwa kerja sama Taiwan-Jepang akan membawa manfaat bersama. Taiwan juga berharap dapat menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi (EPA) dengan Jepang, seperti yang telah dilakukan dengan Amerika Serikat melalui Prakarsa Perdagangan Taiwan-AS Abad ke-21, atau dengan Inggris, Kanada, dan Australia lewat perjanjian dan MOU terkait.
Mengenai tekanan dari Tiongkok terhadap upaya Taiwan untuk bergabung dalam CPTPP atau menjalin EPA dengan Jepang, Presiden Lai menegaskan bahwa semua bergantung pada cara bagaimana kita melihat situasi tersebut, apakah melalui lensa perdagangan bebas atau nilai-nilai demokrasi, kebebasan, serta hak asasi manusia.
Letak geografis Taiwan di garis depan rantai pulau pertama di Indo-Pasifik dan berhadapan langsung dengan Tiongkok menjadikan Taiwan sangat strategis.
Presiden Lai lebih lanjut menjelaskan bahwa para pemimpin dunia termasuk mantan dan petahana Perdana Menteri Jepang seperti Shigeru Ishiba, Shinzo Abe, Yoshihide Suga, hingga Fumio Kishida, telah menyatakan dalam berbagai forum internasional, termasuk G7, bahwa perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan merupakan elemen krusial bagi keamanan dan kemakmuran global.
Letak geografis Taiwan di garis depan rantai pulau pertama di Indo-Pasifik dan berhadapan langsung dengan Tiongkok menjadikan Taiwan sangat strategis.
Presiden Lai berharap agar hubungan Taiwan dan Jepang selanjutnya dapat terjalin semakin komprehensif. Ia menyoroti kedekatan sejarah dan emosional yang telah terjalin selama puluhan tahun, termasuk solidaritas saat menghadapi bencana alam. Kedekatan antara rakyat Taiwan dan Jepang sudah seperti keluarga. Kedua negara bersama-sama menghadapi ancaman dari kekuatan otoriter dan berbagi misi dalam menjaga nilai-nilai demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia.
Ia juga mendorong kerja sama yang lebih luas dalam bidang industri, terutama semikonduktor, kecerdasan buatan, robotika, pesawat nirawak, serta teknologi ramah lingkungan seperti hidrogen.