Mantan Presiden Tsai Ing-wen menyampaikan pidato terbuka di Universitas Vilnius, Lituania, Senin, 12 Mei 2025. Dalam pidatonya, Tsai menegaskan bahwa Taiwan dan Lituania memiliki pengalaman sejarah yang serupa dalam menghadapi rezim otoriter, sehingga keduanya semakin menghargai nilai-nilai kebebasan dan demokrasi.
Tsai Ing-wen menyerukan agar negara-negara demokrasi memperdalam kerja sama untuk menjaga nilai dan sistem yang dijunjung bersama dalam menghadapi tantangan ekspansionisme otoritarianisme. Ia menyampaikan bahwa pada tahun 2024, lebih dari setengah populasi dunia akan mengikuti pemilu. Meskipun memberikan peluang bagi pergantian kekuasaan, hal ini juga memperburuk konfrontasi antara demokrasi dan otoritarianisme.
“Sejarah mengajarkan bahwa kebebasan dan demokrasi bukanlah sesuatu yang bisa dianggap pasti. Justru di saat-saat penuh ketidakpastian, kita harus semakin teguh mempertahankan nilai-nilai tersebut,” ujar Tsai Ing-wen.
Meskipun Taiwan kini menjadi salah satu negara paling demokratis di dunia, tantangan dari Tiongkok dalam bentuk serangan siber, disinformasi, dan ancaman militer masih terus berlangsung.
Tsai Ing-wen menyampaikan, “Kami mungkin negara kecil, namun kami tidak akan pernah takut terhadap ancaman. Taiwan akan selalu berdiri bersama mitra-mitra Eropa yang memiliki semangat yang sama, karena kami sungguh percaya bahwa nilai-nilai bersama memperkuat persatuan kita.”
Dalam kunjungan ke Denmark, Tsai Ing-wen mengunjungi Parlemen Denmark dan berdialog dengan Kelompok Persahabatan Taiwan. Ia juga diagendakan untuk menyampaikan pidato dalam Copenhagen Democracy Summit.
Ia memuji kerja keras para sahabat Taiwan di Denmark, termasuk anggota parlemen Pia Kjærsgaard, yang telah mendorong kemajuan besar dalam hubungan bilateral, terutama dalam kerja sama energi angin lepas pantai.
Kekuatan sejati hubungan Taiwan-Denmark terletak pada nilai-nilai yang dijunjung bersama, yaitu demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia. Ia menekankan bahwa negara-negara demokrasi harus bersatu untuk mempertahankan keyakinan bersama.
Tanggal 15 Mei, Tsai Ing-we melanjutkan kunjungannya ke Inggris, dan memenuhi undangan untuk berpidato di Gedung Parlemen. Ia menyampaikan bahwa di era penuh ketidakpastian dan meningkatnya ancaman terhadap demokrasi global, Taiwan dan Inggris harus bersatu untuk menjaga nilai-nilai kebebasan dan demokrasi.
Ia juga menyampaikan apresiasi atas dukungan Parlemen Inggris, yang tahun lalu secara bulat mengesahkan mosi berisi penegasan bahwa Resolusi Majelis Umum PBB 2758 “tidak pernah menyebut Taiwan”. Tsai Ing-wen menilai langkah ini sangat penting untuk menahan tindakan provokatif di Selat Taiwan dan menjaga jalur perdagangan internasional tetap terbuka dan stabil.
Tsai Ing-wen mengakhiri pidatonya dengan menegaskan bahwa Taiwan tetap teguh pada komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi, dan telah membuktikan bahwa demokrasi tetap bisa bertahan dan berkembang, meski berada di bawah tekanan besar dari negara tetangga yang kuat.