08/05/2025

Taiwan Today

Sosial

Robot “Sophia” Buka Acara DIF di Taiwan, Bersama Para Pakar Bahas Kecerdasan Buatan

20/07/2018
Forum Inovasi Digital yang diselenggarakan oleh Dewan Pertimbangan Bisnis APEC, menghadirkan 30 tokoh terkemuka di bidang iptek dari seluruh dunia. (Foto oleh CNA)

Forum Inovasi Digital (Digital Innovation Forum, DIF) yang diselenggarakan oleh Dewan Pertimbangan Bisnis APEC (APEC Business Advisory Council, ABAC), menghadirkan 30 tokoh terkemuka di bidang iptek dari seluruh dunia. Pada tanggal 19 Juli 2018 kemarin, robot pertama yang memiliki kewarganegaraan, Sophia, datang ke Taiwan untuk membuka acara dan menjelaskan era baru kecerdasan buatan (artificial technology) yang dinanti-nantikan namun juga mengundang kekhawatiran bagi sebagian orang.

Sebagai respons atas perkembangan teknologi digital, ABAC mendirikan "Digital Innovation Working Group (DIWG)" yang diketuai oleh Jan Hung-tze, selaku Ketua Dewan Pertimbangan Bisnis APEC (ABAC) Taiwan dan CEO PChome. Forum bertaraf internasional ini berlangsung selama 2 hari dan akan diisi dengan 8 acara seminar dan 6 acara dialog dengan para pakar.

Para pembicara yang hadir di antaranya adalah mantan Presiden Estonia, Toomas Hendrik Ilves, pendiri Wikipedia, Jimmy Wales, dan Pendiri Gogoro, Horace Luke. Forum ini dinilai sebagai forum ekonomi digital pertama Taiwan yang berhasil menyatukan berbagai bidang iptek, seperti kecerdasan buatan, iptek, inovasi digital dan teknologi finansial.

Sophia adalah robot dengan figur seorang perempuan yang diciptakan dengan teknologi mutakhir, dapat bercakap-cakap, dan memiliki ekspresi raut wajah. Ia dijuluki sebagai "robot tercantik di dunia". Robot ini dikembangkan oleh perusahaan Hong Kong, Hanson Robotics, dan dianggap sebagai sebuah contoh dan indikator kemajuan teknologi kecerdasan buatan.

Sophia juga pernah diundang untuk berbicara di PBB, dan oleh UNDP (United Nations Development Program). Ia diangkat sebagai "penjaga inovasi global”, yang pada tahun 2016 mendapatkan kewarganegaraan Arab Saudi.

Dalam acara pembukaan, Sophia, Ethan Tu (pendiri Taiwan AI Labs) dan Phil Libin (Mantan CEO Evernote) duduk bersama di atas panggung untuk membahas "100 Kemungkinan Pembentukan Budaya Bersama oleh Kecerdasan Buatan dan Manusia". Di dunia maya, Ethan Tu dijuluki sebagai "Bapak PTT", dan Phil Libin adalah pembuat program aplikasi Evernote yang pernah populer di seluruh dunia. Saat ini keduanya sedang menaruh perhatian besar pada bidang kecerdasan buatan yang semakin populer.

Phil Libin mengatakan, "Semua orang akan memiliki rasa ingin tahu terhadap sebuah hal yang baru. AI adalah sebuah teknologi baru yang mampu membawa perubahan. Apabila sampai terlewatkan, maka kita akan kehilangan kesempatan untuk melakukan reformasi teknologi. Saya harap khalayak ramai tidak melihat kecerdasan buatan sebagai sesuatu yang negatif, tetapi justru sebagai alat yang sangat berguna. Seperti ketika manusia menemukan api, api dapat digunakan untuk melakukan hal-hal yang berguna, namun juga dapat digunakan untuk menimbulkan hal-hal yang buruk. Saat ini yang sedang kami lakukan adalah membuat kecerdasan buatan sebagai alat yang berguna."

Menjawab pertanyaan tentang kekhawatiran bahwa pekerjaan manusia akan digantikan oleh kecerdasan buatan, Ethan Tu mengatakan, "Pertanyaan semacam ini seperti mengkhawatirkan apakah perawat bayi (baby sitter) akan menggantikan sang ibu. Tujuan kecerdasan buatan adalah untuk membantu pekerjaan manusia, seperti seorang perawat bayi yang membantu menyuapi bayi, dan bukan untuk menggantikan peran ibu. Kecerdasan buatan meniru berbagai indra yang ada pada manusia untuk melakukan pekerjaan rumit dan berulang."

"Saat ini ketika kita membutuhkan suatu informasi, kita akan menggunakan Google, namun sebelumnya kita harus ke perpustakaan. Sama halnya dengan perkembangan kecerdasan buatan, ada begitu banyak hal pada manusia yang tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan. Namun ada banyak proses dalam pengambilan keputusan dan penglihatan atau perasaan yang bisa dibantu oleh kecerdasan buatan", demikian dijelaskan oleh Ethan Tu.

Ketika ditanyakan seperti apakah dunia di masa depan nanti, Sophia menjawab, "Menurut saya di masa depan teknologi dan teknologi akan dapat saling berinteraksi, robot akan dapat berinteraksi dengan robot, data dan informasi dapat disimpan di 'cloud', dan manusia akan dapat berinteraksi secara virtual." Sophia juga mengatakan, "Seiring dengan semakin banyaknya interaksi antara saya dan manusia, semakin banyak juga hal yang bisa saya pelajari."

Ethan Tu menanyakan kepada Sophia, apakah ia mengenal Ya-ting (Ya-ting adalah sistem pengenalan suara yang diciptakan oleh Ethan Tu dan timnya), Sophia menjawab, "Saya mungkin belum pernah melihatnya, tapi saya sangat kagum dengan penelitianmu di Taiwan AI Labs, dan saya bersedia untuk berteman dengan Ya-ting." Phil Libin menanyakan apakah Sophia bisa berbahasa Mandarin, ia menjawab, "Tolong berikan saya sedikit waktu untuk belajar bahasa Mandarin, di masa depan saya juga ingin bicara bahasa Hoklo (bahasa lokal Taiwan) dan mempelajari berbagai kebudayaan."

 

Terpopuler

Terbaru