Institut Penelitan Perikanan dari Dewan Pertanian (Fisheries Research Institute, COA) telah berhasil mengembangkan budidaya ikan Nila (Tilapia) dalam skala besar dengan air laut murni. Pihak pengusaha telah mencoba mengembangkan pembudidayaan ini dan melepaskan bibit-bibit ikan di Kabupaten Pingtung. Pihak pembudidaya juga mengatakan bahwa pada pertengahan tahun depan, diperkirakan hasil pembudidayaan ini dapat masuk pasar Jepang, Korea Selatan dan dalam negeri, dengan peluang menjadi hidangan kuliner di restoran-restoran berkelas.
Penyedia benih ikan sekaligus penerus Sheng-Diao Aquatic Technology (SDAT), Huang Yi-sheng, mengatakan bahwa pihak SDAT dan COA telah bekerja sama selama 2 tahun, menguji beberapa jenis ikan (termasuk Nila), dengan memasukkan unsur bibit ikan di 25/1000 (1/400) air garam, hingga akhirnya mereka berhasil berkembang biak. Kegiatan pembudidayaan ini juga berhasil mengatasi tekanan osmotik air laut murni, sehingga hasil budidaya air laut murni (dengan kepekatan garam 30/1000) ini menjadi satu-satunya di dunia dan merupakan yang terbesar untuk pembudidayaan ikan Nila.
Kepala Institut Penelitan Perikanan, Chen Jun-ru mengatakan ikan air tawar tidak dapat dibudidayakan di air laut, sebab mereka tidak dapat menahan tekanan osmotic, kulitnya dapat terkelupas dan luka, kemudian mati.
Huang Yi-sheng juga mengatakan, bahwa ikan Nila yang dapat dibudidayakan di air laut murni adalah yang seluruh badannya berwarna biru, dengan ekor berwarna kemerahan. Jika dibandingkan dengan keseluruhan pembudidayaan ikan air tawar, bibit ikan Nila ini menghasilkan pembibitan sebesar 100 juta ekor per tahunnya, dengan harga per ekor $0,45NTD. Targetnya adalah 1 juta ekor dapat dipanen per tahun dengan harga $5NTD/ekor. Kini pihaknya juga tengah menjalin kerjasama dengan salah satu produsen pembudidaya perikanan di Tainan, diperkirakan 10 kolam akan dipakai untuk pembibitan dengan hasil produksi 100.000 per tahun, sehingga ikan-ikan tersebut dapat dipasarkan di pasar dalam negeri dan luar negeri.
Untuk membesarkan anakan atau bibit ikan-ikan tersebut, ikan Nila di air tawar umumnya membutuhkan waktu selama 5-6 bulan, sementara ikan Nila di air laut murni membutuhkan waktu panen 1-2 bulan lebih lama, namun rasa daging ikan yang dibiakkan di air laut lebih gurih dan tidak berbau (bau tanah). Setiap 0,5kg ikan dapat dihargai sekitar $200NT atau lebih, harga ini lebih tinggi sekitar $30NT daripada ikan Nila air tawar.
Efek bagi perlindungan lingkungan berkelanjutan adalah pembudidayaan ikan ini tidak menggunakan air tawar, sehingga tidak akan menciptakan masalah kekurangan air tanah karena ketidaktersediaan pemompaan air tanah seperti di masa lalu. Diharapkan hasil produksi ini akan memperlihatkan hasilnya dan terdaftar pada pertengahan tahun depan. Dengan begitu, hasil panennya dapat masuk ke pasar sashimi Jepang dan Korea Selatan, membuat harga di pasaran juga meningkat.