Yusni adalah seorang gadis dari Jawa Barat yang ingin sekali melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah ketika masih belajar di SMA. Namun, kemampuan ekonomi keluarga yang terbatas, akhirnya memaksa Yusni untuk mengurungkan niat tersebut dan mulai mencari pekerjaan.
Dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki Yusni, ia sulit sekali menemukan pekerjaan walaupun telah mencari ke berbagai tempat. Hingga suatu hari ia mendengar tentang kesempatan bekerja di Taiwan dari seorang teman, dan segera mendaftarkan diri melalui agen.
Yusni yang tahun ini genap berusia 26 tahun, telah meluangkan sepertiga dari usianya untuk bekerja di Taiwan dan merawat seorang nenek pengidap demensia.
Ketika baru mulai bekerja, Yusni sering mengalami salah paham dengan sang nenek, sehingga mengakibatkan perselisihan.
Kesalahpahaman yang berulang kali terjadi karena kendala bahasa tersebut membuat Yusni memutuskan untuk mempelajari bahasa Mandarin.
Yusni mengatakan, “Saya sangat berterima kasih kepada Nenek (pasien demensia yang dirawat Yusni). Karena kesalahpahaman yang saya alami, saya berjuang untuk memperbaiki pelafalan dan cara bicara saya. Saat itu saya berharap, saya bisa bicara seperti ibu-ibu tetangga, sehingga nenek bisa mengerti perkataan saya.”
Pada tahun 2016, Yusni berhasil lulus dalam ujian kemampuan bahasa Mandarin tingkat mahir. Kefasihan bahasa Mandarin yang ia miliki menjadi bekal untuk Yusni mencari pekerjaan setelah kembali ke Indonesia.
Sebelum Yusni meninggalkan Taiwan pada tanggal 25 Januari yang lalu, ia sudah ditawari dua buah pekerjaan. Setelah kembali ke kampung halaman, Yusni beristirahat beberapa minggu, dan memulai pekerjaan barunya pada bulan Maret di sebuah perusahaan Taiwan di kawasan industri Cikarang.
Yusni menceritakan, “Setelah saya kembali ke Indonesia, satu-satunya kesempatan berbicara dalam bahasa Mandarin adalah ketika diwawancara, saya kepingin sekali bicara bahasa Mandarin.”
Yusni berharap pekerjaan ini dapat membantunya mengingat Taiwan, tempat di mana ia mendapatkan pengalaman dan mempelajari bahasa Mandarin. Nenek yang dirawat Yusni ketika bekerja di Taiwan, sudah meninggal pada tahun 2017, dan seorang pasien lansia lainnya yang ia rawat sementara, juga meninggal di tahun yang sama.
Yusni memiliki keakraban yang sangat dalam dengan mereka, sehingga kepergian dua orang pasien tersebut, membuat Yusni sangat sedih dan ingin pulang ke Indonesia. Namun, Yusni teringat akan Kakek (suami nenek pengidap demensia) yang juga merasa sangat kehilangan setelah nenek meninggal. Oleh karena itu, Yusni memutuskan untuk terus bekerja dan merawat Kakek.
Selama hampir sembilan tahun bekerja di Taiwan, Yusni aktif mengikuti berbagai kegiatan pekerja migran, dan memiliki banyak teman. Yusni juga sering menggunakan waktu luangnya untuk menjadi pemandu, memperkenalkan budaya Indonesia, menghadiri seminar, dan lain-lain.
Kehidupan di Taiwan juga memberikan perubahan positif bagi cara pandang Yusni terhadap nilai-nilai. Yusni memberi contoh, “Taiwan sangat memperhatikan kelestarian lingkungan, sedangkan di Indonesia kami masih senang sekali menggunakan kantong plastik. Menurut saya, Indonesia juga harus mencontoh hal-hal seperti ini. Saya melihat kebebasan yang ada di Taiwan, saya melihat kehidupan orang lansia, dan juga anak-anak muda, mereka dapat mengutarakan pandangan dan pikiran mereka. Menurut saya, ini semua hal baik yang dimiliki Taiwan.”
Selama bekerja di Taiwan, Yusni menghadiri perkuliahan di Universitas Terbuka (perkuliahan khusus untuk pekerja migran) selama empat tahun, dan mempelajari ilmu manajemen.
Ketika ditanya mengapa Yusni memiliki keinginan yang besar untuk maju, ia menjawab, “Semua ini pelatihan yang saya terima dari Taiwan, saya melihat orang Indonesia lebih bersifat pasrah, sedangkan orang Taiwan lebih memiliki pemikiran. Saya berharap di Indonesia saya bisa terus seperti dulu waktu di Taiwan, tidak dengan mudah mengikuti pandangan orang lain.”
Selama di Taiwan, Yusni bekerja di Taipei dan sering mengunjungi Yilan, atau Peternakan Wuling ketika liburan. Yusni bercita-cita, setelah mengumpulkan cukup uang, ia ingin kembali ke Taiwan untuk berwisata keliling pulau.