Kementerian Perekonomian (MOEA) pada tanggal 2 Januari 2024 menyampaikan bahwa kapasitas energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai di Taiwan telah mencapai 2,25 gigawatt pada tahun 2023, melampaui negara-negara demokrasi di Asia-Pasifik. Taiwan juga menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang berhasil melampaui batas 2 GW.
Mengacu pada data statistik yang dikompilasi oleh Dewan Energi Angin Global di Brussels, MOEA menjelaskan pandemi COVID-19 telah secara serius mempengaruhi pertumbuhan produksi tenaga angin lepas pantai di seluruh dunia sejak tahun 2019. Perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung juga menghambat pembangunan sektor pembangkit listrik tenaga angin di negara-negara Eropa seperti Jerman, Italia, Spanyol, dan Inggris.
Namun demikian, Taiwan berhasil untuk terus memperluas pembangunan ladang angin lepas pantai sesuai rencana berkat upaya bersama dari instansi pemerintah dan sektor swasta, sehingga target kapasitas penyimpanan antara 2,03 GW dan 2,43 GW pada tahun 2023 berhasil tercapai.
MOEA menyampaikan bahwa pencapaian ini sangat mengesankan mengingat pekerjaan konstruksi hanya dapat dilakukan selama enam atau tujuh bulan dalam setahun karena kendala cuaca seperti angin topan yang berkemungkinan menghantam daratan atau melintas di dekat Taiwan pada tahun 2023.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai adalah prioritas utama dari kebijakan transisi energi hijau yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Pemerintah memiliki target untuk mendirikan antara 314 - 374 turbin angin dengan akumulasi kapasitas energi dari turbin yang telah terpasang mencapai 2,56 hingga 3,04 GW pada akhir tahun.