Kementerian Pertanian (MOA) menyelenggarakan Lokakarya Pengurangan Kehilangan dan Pemborosan Pangan (FLW) melalui Inovasi Kemasan, dan Tinjauan Pelaksanaan FLW di Kawasan APEC, 5–6 Juni 2025. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 140 peserta dari 16 ekonomi anggota APEC.
Para peserta lokakarya bertukar pengalaman mengenai bagaimana teknologi kemasan inovatif dapat secara efektif mengurangi kehilangan dan pemborosan pangan, sekaligus meninjau kemajuan kebijakan masing-masing negara dalam isu terkait. Lokakarya ini juga mendapat dukungan dana dari APEC, yang menegaskan pengakuan atas komitmen aktif Taiwan dalam isu pengurangan kehilangan pangan.
Sejak tahun 2013, Taiwan telah memprakarsai proyek jangka panjang di bawah kerangka APEC dengan fokus pada “Penguatan Kemitraan Publik-Swasta untuk Mengurangi Kehilangan Pangan di Rantai Pasok”.
Pada 2021, Taiwan memperoleh dukungan penuh dari seluruh anggota untuk menjadi Lead Economy dalam isu pengurangan kehilangan dan pemborosan pangan di bawah Peta Jalan Keamanan Pangan APEC Menuju 2030.
Kementerian Pertanian (MOA) menyatakan bahwa untuk memperkuat partisipasi internasional dalam isu ini, Taiwan secara konsisten menyelenggarakan berbagai forum dan konferensi selama beberapa tahun terakhir. Tahun ini, fokus dialihkan pada penerapan praktis inovasi kemasan dan efektivitas kebijakan.
Laporan dari Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyebutkan bahwa teknologi kemasan adalah alat kunci dalam menekan kehilangan dan pemborosan pangan.
Kemasan yang baik mampu memperpanjang masa simpan makanan dan memfasilitasi pengangkutan jarak jauh, sehingga memperkuat ketahanan pangan secara keseluruhan. Sebaliknya, kemasan yang buruk dapat menyebabkan hingga 20% kehilangan pangan.
Kementerian Pertanian (MOA) menambahkan bahwa kawasan APEC merupakan wilayah utama produksi dan ekspor pangan dunia. Kehilangan pangan tidak hanya mencerminkan pemborosan sumber daya pertanian dan peningkatan biaya produksi, tetapi juga berdampak pada pendapatan produsen serta meningkatkan beban biaya bagi konsumen.
Dari sisi lingkungan, makanan yang terbuang dan berakhir di tempat pembuangan akhir menghasilkan metana saat terurai, memperparah emisi gas rumah kaca dan mempercepat perubahan iklim. Oleh karena itu, pengurangan kehilangan pangan secara efektif di kawasan APEC menjadi elemen krusial dalam mewujudkan sistem pangan global yang berkelanjutan.