Pada tanggal 18 Mei 2022 dalam wawancara eksklusif dengan jurnalis Ian Williams dari majalah mingguan The Sepctator, Menlu Joseph Wu memaparkan beberapa hal penting terkait ancaman Tiongkok terhadap Taiwan, hal-hal yang dapat dipelajari dari invasi Rusia terhadap Ukraina, serta upaya yang dilakukan oleh negara-negara demokrasi untuk melawan otoritarianisme. Hasil wawancara telah dipublikasikan secara online pada tanggal 26 Mei dan diterbitkan pada tanggal 28 Mei.
Menlu Joseph Wu menjelaskan Tiongkok terus-menerus mengirim pesawat dan kapal militer untuk mengelilingi Taiwan, dan mengancam keamanan regional. Taiwan berada di garis terdepan dalam melawan ekspansi otoritarianisme, pemerintah dan masyarakat bertekad untuk mempertahankan diri. Pengalaman Ukraina sangat layak untuk dipelajari oleh Taiwan, dan telah mengobarkan semangat masyarakat Taiwan untuk melindungi tanah air. Taiwan terus mengembangkan kemampuan perang asimetris, dan kemampuan pertahanan masyarakat untuk meredam ambisi Tiongkok menyerang Taiwan.
Negara-negara demokrasi telah bersatu mendukung Ukraina, dan hal tersebut dapat menjadi peringatan bagi Tiongkok. Namun, Taiwan tidak akan mengesampingkan bahwa Tiongkok mungkin telah mempelajari kesalahan yang dilakukan Rusia. Demokrasi adalah salah satu aset penting Taiwan dalam melawan Tiongkok. Taiwan akan terus bekerja sama dengan negara-negara sehaluan, dan melindungi nilai-nilai kebebasan dan demokrasi.
Ian Williams adalah seorang jurnalis terkenal yang pernah menjabat sebagai penyiar stasiun televisi berita Channel 4, dan reporter NBC untuk urusan luar negeri. Selama bertahun-tahun, Ian Williams telah meneliti berbagai isu yang berkaitan dengan Tiongkok, dan telah menerbitkan buku berjudul “Every Breath You Take: China’s New Tyranny” (Setiap Tarikan Napas: Kezaliman Baru Tiongkok). Buku tersebut mengeksplorasi pengontrolan ketat Pemerintah Tiongkok terhadap rakyatnya, dan ancaman bagi dunia.
Majalah mingguan The Spectator berdiri pada tahun 1828, dan merupakan salah satu media paling berpengaruh di Inggris. Tokoh-tokoh penting dari partai konservatif Inggris, termasuk Perdana Menteri Boris Johnson, pernah menjabat sebagai kepala penyunting di majalah tersebut.