09/05/2024

Taiwan Today

Politik

Surat Presiden Tsai untuk Paus Fransiskus Sebagai Tanggapan atas Hari Perdamaian Dunia 2019

29/01/2019
Saya mengatakan istilah terbaik untuk menggambarkan Taiwan adalah "Tangguh", bukan karena kita memiliki sarana untuk bersaing dengan Tiongkok dalam perlombaan senjata atau perang dagang, tetapi karena komitmen teguh yang kami miliki terhadap demokrasi dan hak asasi manusia akan membawa kami menuju masa depan yang adil, makmur dan sejahtera. (Foto oleh Office of the President, ROC)

Presiden Tsai Ing-wen mengirim surat kepada Paus Fransiskus, sebagai tanggapan atas Pesan Kepausan pada Hari Perdamaian Dunia 2019.

Berikut ini adalah ringkasan surat Presiden Tsai:

Yang Mulia Paus Fransiskus,
Pesan yang Anda sampaikan untuk Hari Perdamaian Dunia ke-52 tahun 2019, mengangkat tema "Politik yang Baik adalah Melayani Demi Perdamaian." Pesan tersebut memperlihatkan hubungan erat antara perdamaian dan politik, serta menegaskan apabila politik dapat dimanfaatkan untuk mengapresiasi dan mendorong hak asasi manusia, membangun kesadaran bermasyarakat dan membina generasi muda, maka politik dapat menjadi sebuah bentuk perpanjangan cinta kasih dan moral. Pesan yang Anda sampaikan sekaligus mengingatkan para politisi untuk tidak melupakan misi sakral memajukan perdamaian karena terlarut dalam ketenaran, kekayaan, dan kekuasaan.

Anda mengutip tulisan-tulisan mendiang Kardinal François-Xavier Nguyễn Văn Thuận, yang mengharapkan politisi untuk teguh memberikan contoh kredibilitas, bersedia mendengar suara hati rakyat, berjuang untuk persatuan, serta berupaya untuk mencapai perubahan revolusioner.

Kardinal Văn Thuận kemudian melayani sebagai Presiden Dewan Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian. Almarhum Paus Yohanes Paulus II menyebut Kardinal Văn Thuận sebagai "Seorang Saksi atas Pengharapan".

Pada tahun 2000, Kardinal Văn Thuận mengunjungi Taiwan dan pengalaman yang beliau sampaikan telah memberikan dorongan spiritual luar biasa kepada masyarakat Taiwan, karena Taiwan secara jangka panjang juga berada di bawah tekanan dan marginalisasi di dunia internasional. Namun, kami tidak pernah menyerah untuk mempertahankan kebebasan dan keyakinan terhadap demokrasi.

Saat ini, Republik Tiongkok (Taiwan) hanya diakui oleh 17 negara, di antaranya oleh Tahta Suci Vatikan. Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang memiliki misi memajukan kesehatan dan kesejahteraan seluruh umat manusia, telah mengabaikan 23 juta masyarakat Taiwan karena faktor politik.

Meskipun demikian, Taiwan tidak pernah mengambil sikap balas dendam dalam menanggapi tindakan tersebut. Sebaliknya, Taiwan secara aktif berupaya memenuhi tanggung jawabnya dengan baik sebagai anggota komunitas internasional, berpartisipasi aktif dalam pemberian bantuan kemanusiaan internasional, serta menggemakan amanat Paus "Laudato Si' ". Kami telah turut mendorong upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan di seluruh dunia. Selain itu, kami juga telah menandatangani perjanjian kerja sama atau MOU dengan 18 negara di bidang imigrasi dan pencegahan perdagangan manusia. Upaya-upaya tersebut turut menggarisbawahi tekad Taiwan untuk memainkan peran penting dalam penanganan masalah-masalah universal dan bertindak sejalan dengan pandangan internasional dalam mengakhiri praktek kriminal dan perdagangan manusia.

Dalam wawancara dengan Agence France-Presse (AFP) pada Juni 2018, saya ditanya mengenai tanggapan atas penindasan yang dilakukan terus-menerus oleh Tiongkok terhadap Taiwan.

Saya mengatakan istilah terbaik untuk menggambarkan Taiwan adalah "Tangguh", bukan karena kita memiliki sarana untuk bersaing dengan Tiongkok dalam perlombaan senjata atau perang dagang, tetapi karena komitmen teguh yang kami miliki terhadap demokrasi dan hak asasi manusia akan membawa kami menuju masa depan yang adil, makmur dan sejahtera.

Pada tahun 2018, kita memperingati 100 tahun berakhirnya Perang Dunia I, serta peringatan ke-70 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Terkait hal ini, Anda mengimbau penghentian terhadap proliferasi senjata yang tidak terkendali dan peningkatan tindak intimidasi. Sejarah telah mengajarkan kita bahwa perang dan kekerasan tidak pernah memberikan solusi. Para politisi harus meninggalkan sikap permusuhan yang kaku, menunjukkan kearifan, dan menciptakan mekanisme penyelesaian konflik berdasarkan dialog rasional.

Sebagai Pemimpin Negara, saya memperhatikan dengan saksama situasi dan perubahan internasional, saya bertanggung jawab untuk memastikan bahwa Taiwan dapat bertahan dan berkembang di lingkungan global yang sangat fluktuatif. Oleh karena itu, saya telah menyatakan dengan jelas bahwa Tiongkok harus menghadapi kenyataan eksistensi Republik Tiongkok (Taiwan); menghormati komitmen 23 juta masyarakat Taiwan terhadap kebebasan dan demokrasi; menangani perbedaan lintas selat secara damai dengan asas kesetaraan; serta mengakui bahwa negosiasi harus dilakukan oleh pemerintah atau lembaga resmi pemerintah. Keempat elemen ini berfungsi sebagai fondasi paling penting dan mendasar untuk perkembangan positif hubungan lintas-selat.

Tiongkok sampai hari ini belum melepas ancamannya untuk menyerang Taiwan dengan aksi militer, dan masih terus menekan kehadiran Taiwan di dunia internasional untuk melemahkan status Taiwan secara global. Namun, sama dengan penyair Prancis Charles Péguy yang Anda kutip, kami percaya bahwa semangat perdamaian pasti akan mengatasi kekerasan. Pengalaman hidup Charles Péguy menunjukkan kepada kita bahwa kebebasan, kesetaraan, dan martabat manusia adalah nilai-nilai inti yang pada akhirnya akan mengatasi hambatan yang dipaksakan oleh ideologi politik apa pun.

Terpopuler

Terbaru